Friday 9 January 2015

Nilai Pendidikan dalam Novel Laskar Pelangi 2015

Nilai Pendidikan dalam Novel Laskar Pelangi 2015 -



B.     Nilai Pendidikan
  1. Optimis
“Orang optimis mengatakan bahwa kita hidup di dunia yang terbaik, dan orang pesimis khawatir pendapat itu benar (James Brance Cabel,1926)”

Optimis adalah inspirasi dalam diri kita, kemampuan untuk percaya bahwa hidup memang tidak mudah, tetapi dengan upaya baru hidup akan menjadi lebih baik, bahwa kegagalan dan kesuksesan umumnya adalah kondisi pikiran kita belaka.
Nilai keoptimisan sangat penting dimiliki oleh setiap manusia. Dengan optimis, kita bisa memandang kegagalan dalam hidup sebagai garis datar sementara dalam sebuah grafik, bukan merupakan suatu garis turun. Masa sulit tidak akan berlangsung selamanya. Situasi pasti akan segera membaik.
Pada dasarnya, orang optimis melihat bahwa kesulitan sebagai kegagalan yang tertunda bukan sebagai suatu kekalahan. Kedua, orang-orang optimis tidak akan serta merta menimpakan semua kesalahan pada dirinya sendiri. Apabila pengamatan mereka mencuatkan adanya faktor eksternal, maka akan dipertimbangkan kesalahan faktor eksternal itu. Itulah ciri-ciri orang optimis dan itulah yang dimiliki oleh tokoh ‘Aku’ dalam novel Laskar Pelangi. Aku (Ikal) adalah orang yang memiliki nillai keoptimisan yang sangat tinggi. Sifat seperti ini perlu diteladani oleh siapa saja karena sikap optimis akan menjadi bahan bakar dalam diri kita yang mampu menghasilkan ion-ion positif pemberi semangat untuk terus bekerja keras. Optimis ditunjukkan pada novel Laskar Pelangi pada petikan berikut :

Aku benar-benar bertekad mendapatkan beasiswa itu karena bagiku ia adalah tiket untuk meninggalkan hidupku yang terpuruk. Lebih dari itu aku merasa berutang pada Lintang, A Ling, Pak Harfan, Bu Mus, Laskar Pelangi, Sekolah Muhammadiyah, dan Herriot (Hirata, 2005:460).

            Begitulah hidup Ikal, penuh dihiasi dengan keoptimisan karena ia begitu yakin bahwa optimis membawa hidup kearah yang lebih baik. Untuk itulah, mari kita mulai hidup optimis!
  1. Kerja Keras
Kerja keras merupakan sebuah usaha yang dilakukan dengan segenap kemampuan individu guna mencapai suatu tujuan tertentu. Sebuah nilai kerja keras dapat dipetik dalam novel Laskar Pelangi, yakni pada paragraf berikut :

…..Syahdan adalah seorang pejuang. Semangat juangnya sekeras batu satam. Setelah SMA ia berangkat ke Jakarta. Dengan map di ketiaknya ia melamar untuk menjadi aktor dari satu rumah produksi ke rumah produksi lainnya, hanya bermodalkan satu hal: keinginan! Itu saja. Aneh, setelah lebih dari setahun akhirnya ia benar-benar menjadi aktor! (Hirata, 2005:478)

            Dari kutipan di atas, tergambar tokoh Syahdan memiliki sifat kerja keras dalam mencapai impiannya sejak kecil. Sebuah kerja keras akan dapat membuahkan hasil jika kita mempunyai perencanaan. Seperti pepatah, “Kejahatan yang terorganisir akan menang dari kebaikan yang tidak terorganisir.”
            Jadi jelas bahwa novel Laskar Pelangi dalam kutipan tersebut memberikan ajaran tentang kerja keras yang terorganisir (direncanakan) dengan baik. Di  samping itu, nilai kerja keras seperti tergambar dalam kutipan di atas juga mengajarkan tentang pentingnya sebuah tujuan. Tujuan yang hendak dicapai melalui kerja keras itu hendaknya dipikirkan secara jelas dan matang. Tujuan itu harus benar-benar merupakan keinginan terbesar yang sungguh-sungguh ingin dicapai. Dengan jelasnya tujuan itu, maka kerja keras yang akan dilakukan tidak menjadi sia-sia. Sebbaliknya, dengan kerja keras yang dilakukan, kita dapat mewujudkan tujuan yang telah terarah dengan baik tersebut.
  1. Disiplin Waktu
Disiplin artinya patuh terhadap peraturan, baik itu peraturan yang dibuat sendiri, maupun oleh orang lain. Dalam novel Laskar Pelangi digambarkan nilai kedisiplinan khususnya disiplin waktu. Seperti yang disajikan dalam kutipan berikut :
           
Meskipun rumahnya paling jauh tapi kalau datang ia paling pagi. Wajah manisnya senantiasa bersinar walaupun baju, celana, dan sandal cunghai-nya buruknya minta ampun. Namun sungguh kuasa Allah, di dalam tempurung kepalanya yang ditumbuhi rambut gimbal awut-awutan itu tersimpan cairan otak yang encer sekali (Hirata, 2005:108).

            Kutipan paragraf di atas menunjukkan besarnya kedisiplinan sang tokoh ‘Lintang’ untuk tetap datang tepat waktu sekalipun tempat tinggalnya jauh dari SD Muhammadiyah. Banyaknya rintangan di saat menempuh perjalanan tidak menyurutkan semangat Lintang untuk tetap sekolah. Dengan segenap tenaga yang dimilikinya, Lintang berusaha untuk tetap bertekad menuntut ilmu demi keluar dari lingkar kemiskinan.
            Disiplin akan waktu yang dimiliki oleh Lintang patut dicontoh dan diamalkan dalam kehiduan sehari-hari mengingat waktu adalah sesuatu yang amat berharga. Jika seseorang menyianyiakan waktu dengan begitu saja, maka dapat dikatakan bahwa orang itu merugi karena dengan adanya waktu kita bisa melakukan hal yang bermanfaat bagi diri kita dan orang lain.
  1. Memiliki Keinginan Kuat
Untuk sukses menjadi seperti yang diharapkan, diperlukan keinginan yang kuat sebagai pendorong untuk terus berusaha dan bekerja keras. Jika keinginan kuat sudah dimiliki maka dalam pencapaian sesuatu yang diinginkan akan semakin mudah.
Dalam novel Laskar Pelangi, sikap memiliki keinginan yang kuat ditunjukkan dalam kutipan berikut :

            Hari ini aku belajar bahwa setiap orang, bagaimanapun terbatas keadaannya, berhak memiliki cita-cita, dan keinginan yang kuat untuk mencapai cita-cita itu mampu menimbulkan prestasi-prestasi lain sebelum cita-cita sesungguhnya tercapai. Keinginan kuat itu juga memunculkan kemampuan-kemampuan besar yang tersembunyi dan keajaiban-keajaiban di luar perkiraan. Siapa pun tak pernah membayangkan sekolah kampung Muhammadiyah yang melarat dapat mengalahkan raksasa-raksasa di meja mahoni itu, tapi keinginan yang kuat, yang kami pelajari dari petuah pak Harfan sembilan tahun yang lalu di hari pertama kami masuk SD, agaknya terbukti. Keinginan kuat itu telah membelokkan perkiraan siapapun sebab kami tampil sebagai juara pertama tanpa banding. Maka barangkali keinginan kuat tak kalah penting dibanding cita-cita itu sendiri (Hirata, 2005:383).

            Dari kutipan di atas tergambar bahwa keinginan yang kuat juga menjadi salah satu modal penting dalam bercita-cita, bahkan disebutkan dalam kutipan bahwa keinginan yang kuat tersebut tak kalah penting dibandingkan dengan cita-cita itu sendiri.
            Anggota Laskar Pelangi mengamalkan pelajaran tentang keinginan yang kuat yang meraka dapatkan sewaktu hari pertama masuk sekolah. Dengan mengamalkan pelajaran tersebut pada akhirnya Laskar Pelangi berhasil mencapai kesuksesan yaitu memenangkan lomba cerdas tangkas. Hal inilah yang membuktikan bahwa keinginan yang kuat menjadi sangat penting demi tercapainya suatu cita-cita.
            Dari novel inilah pembaca diharapkan mampu mengamalkan nilai-nilai pendidikan salah satunya adalah berkeinginan kuat untuk dapat mencapai kesuksesan seperti yang diharapakan.
  1. Rendah Hati
Rendah hati adalah lawan dari kata sombong. Rendah hati merupakan sikap merendah yang tidak suka meninggikan diri dan membangga-banggakan diri sendiri. Rendah hati sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam novel Laskar Pelangi, di tonjolkan nilai rendah hati dalam hal menuntut imu.
Dalam menuntut ilmu, seseorang harus rendah hati karena ilmu sangat luas untuk disombongkan. Rasa rendah hati juga akan semakin meningkatkan motivasi untuk senantiasa lebih mencari tahu lagi akan ilmu-ilmu yang ada.
Dalam novel laskar pelangi sikap rendah hati digambarkan melalui tokoh ‘Lintang’ seperti yang ada pada kutipan berikut :
            Lintang adalah pribadi yang unik. Banyak orang merasa dirinya pintar lalu bersikap seenaknya, coongkak, tidak disiplin, dan tak punya integritas. Tapi Lintang sebaliknya. Ia tak pernah tinggi hati, karena ia merasa ilmu demikian luasnya untuk disombongkan dan menggali ilmu tak akan ada habis-habisnya (Hiarata, 2005:108).

            Rasa rendah hati sangat baik bila diamalkan dalam kehidupan sehari-hari karena dengan kerendahan hati yang tulus mampu memancarkan aura positif dari dalam diri kita masing-masing. Dalam menempuh pendidikan diperlukan juga rasa rendah hati. Karena dengan kerendahan hati kita mampu lebih menggali ilmu-ilmu yang ada.
            Seperti yang digambarkan dalam kutipan bahwa sosok Lintang adalah pribadi yang rendah hati. Dengan kerendahan hati yang dimilikinya itu, Lintang mampu menjadi sosok panutan super genius anggota Laskar Pelangi.
            Dengan dituangkannya nilai-nilai pendidikan dalam novel Laskar Pelangi, pembaca diharapkan mampu mengamalkan dan mengaplikasikannya ke dalam kehidupan sehari-hari.
Nilai-nilai yang indah dalam novel Laskar Pelangi akan menjadi lebih Indah jika diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal itulah yang diharapkan pengarang kepada siapa saja yang membaca novel Laskar Pelangi.


0 komentar:

Post a Comment